Sampai akhir tahun 2012
diproyeksikan 8 pesawat Super Tucano dapat diserahkan kepada TNI AU
Skadron Udara 21 Lanud Abdurrachman Saleh di Kabupaten Malang, Jawa Timur,
menanti kedatangan empat unit pesawat tempur Super Tucano EMB-314 buatan Brazil
yang direncanakan tiba pada 28 Agustus 2012.
"Direncanakan pesawat
Super Tucano dari Brasil tiba pada tanggal 28 Agustus 2012, namun apabila ada
penundaan mungkin di awal September," kata Kepala Seksi Pemeliharaan
Skadron Udara 21 Lanud Abdurachman Saleh, Mayor (Tek) Anton Firmansyah, di
Malang, Rabu.
Kedatangan empat unit
pesawat tempur Super Tucano EMB-314, kata Anton, untuk memperkuat Skadron Udara
21 dan tentunya bagi seluruh jajaran TNI-AU dalam menjaga kesatuan wilayah
Indonesia.
"Untuk yang pertama
akan datang empat unit pesawat, dan hingga akhir tahun 2012 direncanakan
delapan pesawat Super Tucano tiba di Lanud Abdurrachman Saleh," tambah
Anton.
Pesawat tersebut, lanjut
Anton, merupakan pesawat tempur taktis yang mampu melaksanakan operasi bantuan
tembakan dari udara yang merupakan keunggulan pesawat itu. Dengan rencana itu,
Anton menambahkan, TNI-AU juga telah mempersiapkan pilot-pilot terbaik untuk
dikirimkan ke Sao Paulo, Brazil.
"Ada
12 orang pilot yang akan dikirim ke Brazil. Saat ini mereka telah ada
di Jakarta untuk mendapatkan bimbingan, dan
direncanakan pada bulan Juni akan berangkat ke Sao Paulo, Brazil,
untuk menyelesaikan pelatihan," kata Anton.
Pesawat tersebut, lanjut
Anton, juga telah dipergunakan oleh beberapa negara lain dan merupakan pesawat
produksi baru. "Kami telah menyiapkan 'shelter' baru dan saat ini juga
sedang dilakukan penyelesaian pembangunan tempat simulator," kata Anton.
Pesawat Super Tucano EMB-314
memiliki mesin tunggal buatan Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), dan
memiliki kemampuan menembakkan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan
posisi musuh.
Kedatangan pesawat tempur
itu akan menggantikan posisi pesawat tempur Oviten-10F Bronco yang sudah tidak
akan dioperasikan. OV-10 Bronco telah berjasa di berbagai operasi, antara lain
Operasi Seroja (1976-1979) di NTT, Operasi Tumpas (1977-1978) di Irian Jaya,
dan Operasi Halilintar (1978) di Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar