Selasa, 04 September 2012

Pengertian Internet dan Intranet



Internet :
Internet merupakan gabungan dari berbagai LAN dan WAN yang berada di seluruh jaringan komputer di dunia, sehingga terbentuk jaringan dengan skala yang lebih luas dan global. Jaringan internet biasanya menggunakan protokol TCP/IP dalam mengirimkan paket data. Internet berasal dari kata Interconnected Network yang berarti hubungan dari beragam jaringan komputer di dunia yang saling terintegrasi membentuk suatu komunikasi global.


Skema Internet


Intranet :

Intranet merupakan suatu jaringan komputer yang terdiri dari LAN maupun WAN, serta Internet untuk akses yang lebih global. Intranet dapat diartikan hanya memberikan layanan bagi sekelompok pengguna komputer yang terhubung dengan LAN maupun WAN untuk mengakses internet dalam lingkup lokal saja. Biasanya Intranet hanya melayani sebuah instansi dalam suatu wilayah jangkauan LAN/WAN tersebut.


Skema Intranet

Sejarah Internet
Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk jaringan, kehandalan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan, dan akhirnya semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol).
Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.
Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4 situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu pada tahun 1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya.
Oleh sebab itu ARPANET dipecah manjadi dua, yaitu "MILNET" untuk keperluan militer dan "ARPANET" baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti, universitas-universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet.

Bagaimana menghasilkan Pilot yang Hebat?



Kalau membicarakan pesawat fighter yang canggih tentu kita sudah sering mendengarnya. Tapi factor yang sering dilupakan adalah factor Man Behind The Gun, yang sejatinya tidak kalah penting pengaruhnya dibandingkan pesawat fighter itu sendiri. Hanya Negara yang ‘bodoh’ saja yang membeli pesawat canggih untuk AU mereka tetapi tidak mempersiapkan pilot-pilot yang akan menerbangkan pesawat canggih tersebut.

Lalu bagaimana cara menghasilkan pilot yang handal untuk menerbangkan suatu pesawat fighter canggih? Nah tentunya diperlukan latihan yang panjang dan intens supaya seorang pilot memiliki keahlian dan kualifikasi yang tinggi sehingga layak menerbangkan pesawat canggih. Nah untuk latihan ini, tentunya di perlukan pesawat –pesawat latih tempur yang berguna untuk mempersiapkan calon-calon pilot yang handal. Nah disinilah peranan pesawat latih tempur tersebut untuk mendukung pesawat fighter sungguhan dengan melatih pilotnya, sebelum pilot tersebut menerbangkan jet fighter sungguhan.

Phase latihan yang biasanya diterima oleh seorang calon pilot tempur adalah latihan mula yang biasanya menggunakan pesawat Latih Mula Basic Prop Trainer, seperti Malaysia yang menggunakan pesawat MD3-160 Aerotiga  untuk role ini. Indonesia sendiri juga mengoperasikan beberapa pesawat untuk role ini seperti AS-202 Bravo yang nantinya akan digantikan oleh Grobb G-120 TP. Setelah lulus pelatihan ini maka calon pilot Fighter diberikan level latihan yaitu Latih dasar. Malaysia di role ini menggunakan PC-7 MK/MK II . Indonesia mengoperasikan T-34 Charlie dan KT-1B Woongbee. Setelah lulus pelatihan ini, maka calon pilot fighter tersebut selanjutnya di berikan level latihan yang lebih tinggi yaitu Basic/Advanced Jet Training, dimana calon pilot tersebut akan dikenalkan dengan pesawat jet sehingga pilot akan siap jika nanti akan menerbangkan pesawat jet fighter. TUDM menggunakan pesawat  Aermacchi MB-339 AM/CM untuk role ini, sedangkan Indonesia selama ini menggunakan pesawat Hawk-53 untuk role ini. Namun pesawat ini nantinya akan digantikan dengan pesawat T-50 LIFT generasi terbaru dari Korea Selatan.

Setelah itu lulus tahapan ini, maka calon penerbang akan dilatih kembali dengan pesawat fighter berkursi ganda sebelum bisa terbang solo dengan pesawat fighter sungguhan. Misalnya calon pilot F-16, akan dilatih dengan pesawat F-16 B (trainer) sebelum bisa terbang solo dengan F-16 A.

Apa itu pesawat Lead In Fighter Trainer (LIFT)

Pesawat latih sendiri memiliki banyak kategori yang tergantung pada role pesawat latih itu sendiri. Diantaranya adalah Basic Prop Trainer, Advance Jet Trainer, Lead In Fighter Trainer dan selanjutnya adalah Jet Fighter sungguhan.

Pesawat kategori LIFT adalah pesawat latih tingkat lanjut yang diperuntukkan untuk melatih pilot-pilot dengan menggunakan pesawat yang dilengkapi dengan system avionic yang modern yang menyamai avionic jet fighter sungguhan yang berfungsi untuk mengefisienkan pelatihan sekenario pertempuran dari segi cost. Penggunaan pesawat LIFT ini akan menghasilkan calon penerbang yang handal dalam waktu yang lebih cepat dan dengan biaya yang lebih murah dibandingkan hanya menggunakan pesawat Advanced Jet Trainer saja.

Sebuah pesawat LIFT akan membantu calon pilot dalam hal simulasi situasi seperti serangan Air To Air, air To Ground, Interceptors, dan sejenisnya. Sehingga diharapkan calon pilot yang telah lulus menggunakan pesawat LIFT akan mudah dalam mengoperasikan pesawat fighter-fighter terbaru saat ini. Hal ini karena mereka sudah biasa menghadapi situasi tersebut, sehingga ketika menghadapi situasi yang sama dengan pesawat fighter sesungguhnya mereka tidak akan canggung lagi.

Pesawat LIFT ini sendiripun sebenarnya banyak jenisnya dan kategorinya. Seperti selayaknya pesawat jet fighter yang memiliki generasi (seperti Mig-21, F-5, Mig-23 yang digolongkan generasi 3, dan F-16, F-15, F-18, Su-30, Mig-29 termasuk generasi 4, F-22 dan F-35 termasuk generasi 5), maka pesawat LIFT sendiri juga memiliki kategori berdasarkan generasi ini. Namun saya tidak terlalu hapal generasi pesawat LIFT ini. Namun dari berbagai artikel luar negeri yang saya baca, generasi pesawat LIFT yang terbaru diantaranya adalah Aermacchi M-346 Master dari Italia, Yak-130 dari Rusia, Hongdu H-15 dari China dan T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan. Sedangkan pesawat LIFT geneasi sebelumnya yang saya ketahui diantaranya adalah Aermacchi MB-339 dari Italia, Aero L-39 Albatros, Hawk 50/60, IAR 99 dan lainnya. Dari segi teknologi, tentunya generasi ini masih kalah dengan generasi LIFT yang saya sebutkan sebelumnya.

Nah di ASEAN sendiri, saya mengetahui 3 negara yang akan atau sudah mengoperasikan pesawat LIFT ini. Ketiga Negara yang saya maksud adalah Singapura, Malaysia dan Indonesia sendiri. Negara ASEAN lain saya kurang tau dan saya memang lebih tertarik mempelajari ketiga Negara ini saja. Singapura tercatat sudah memesan pesawat LIFT generasi terbaru yaitu 12 Aermacchi M-346 Master dari Italia, sedangkan Malaysia sudah mengoperasikan pesawat LIFT generasi yang lebih lama yaitu 17 MB-339AM/CM dari Italia. Sepintas terlihat kedua Negara ini mengoperasikan pesawat LIFT dari pabrikan yang sama, tapi milik Singapura tentunya lebih canggih. Sedangkan Indonesia sendiri sudah memesan generasi LIFT terbaru yaitu 16 T-50 dari Korea selatan yang akan tiba awal 2013 nanti. Dari data ini, kelihatan bahwa pesawat LIFT yang akan digunakan Indonesia dan Singapura kedepan, lebih baik dibandingkan dengan pesawat LIFT yang dioperasikan di AU Malaysia.

Pengaruh T-50 LIFT terhadap Kemampuan Pilot TNI AU di masa datang

Sebelum kehadiran pesawat LIFT generasi terbaru ini di Indonesia, pola latihan yang dilakukan TNI AU kira-kira seperti gambar dibawah ini (ini versi saya ya, bisa saja saya salah) :


Latih Mula
  Latih Dasar
Latih Lanjut/LiFT
 Jet Fighter
(AS 202, Grobb G-120)
 (KT-1B, T-34C)
(Hawk Mk. 53, T-50)
(F-16, F-5, Hawk 209, Sukhoi Su-27/30)


Dari gambar itu dapat kita lihat bahwa seorang calon pilot akan menempuh pendidikan yang lebih lama pada pesawat Hawk-53 untuk mengenal pesawat jet dan setelah menguasai pesawat jet, akan diteruskan latihan menggunakan peswat figter versi latih (kursi ganda). Nah permasalahnya adalah disini. Masa transisi antara Hawk-53 dengan pesawa fighter latih ini akan memerlukan waktu yang panjang, karena keterbatasan teknologi hawk 53, calon pilot belum dibiasakan menghadapi simulasi tempur yang mirip dengan yang akan mungkin dihadapi pada pesawat fighter sesungguhnya. Hal ini berarti akan menambah waktu dan cost yang dikeluarkan untuk menghasilkan pilot yang tangguh.

Lalu bagaimana dengan Negara lain? Saya rasa juga tidak jauh berbeda dengan Indonesia saat ini. Semisalnya Malaysia yang juga belum mengoperasikan pesawat LIFT generasi terbaru, pola latihannya saya kira juga tidak terlalu jauh berbeda. Perhatikan gambar di bawah ini :


Latih Mula
  Latih Dasar
Latih Lanjut/LiFT
 Jet Fighter
Aerotiga
Pilatus PC 7
 Hawk 108 MB-339
F/A-18, F-5, Hawk 208, Sukhoi Su-30MKM



Sama dengan kondisi TNI AU sekarang, TUDM  juga akan mengalami masa transisi antara MB-339 dengan Hawk-108 dan jet latih lainnya, yang lebih lama dibandingkan dengan (seandainya Malaysia punya) pesawat LIFT generasi terbaru.


T-50 Golden Eagle
Nah dengan kehadiran Aermachi M-346 di Singapura dan T-50 di Indonesia, tentunya akan merubah pola latihan untuk calon pilot di angkatan udara kedua Negara. Kedua pesawat yang bisa dikatakan adalah yang tercanggih di kelasnya sekarang ini akan berperan untuk menghasilkan pilot dalam waktu yang lebih cepat dan biaya lebih murah dibandingkan pesawat generasi sebelumnya. Hal ini karena pesawat M-346 dan T-50 memang di rancang untuk menghasilkan pilot-pilot pesawat canggih seperti F-22, F-35, F-15, F-18, Thypoon, Rafale, F-16, dan lain-lain. Khusus untuk T-50 bahkan dijuluki sebagai ‘F-16 little’ karena kemiripan air framenya dan juga avionic yang dimilikinya. Hal ini akan membuat transisi antara calon pilot jet fighter akan mudah menyesuaikan diri karena sudah terbiasa dengan avionic tersebut.

Singapura sendiri juga memakai pola ini dalam menghasilkan pilot-pilot handal di AU mereka. Bedanya, mereka menggunakan pesawat Aermacchi M-346 Master sebagai pesawat LIFT mereka. Dari penjelasan ini dapat kita simpulkan bahwa penggunaan pesawat LIFT generasi terbaru akan menghasilkan pilot-pilot yang siap menerbangkan berbagai jenis figter modern saat ini. Ini artinya penggunaan T-50 LIFT di AU Indonesia, akan mempersiapkan banyak penerbang-penerbang handal yang baru yang akan mendukung kedatangan pesawat-pesawat fighter baru di TNI AU.

Sabtu, 01 September 2012

Selamat datang Pesawat Super Tucano Moncong Hiu ...!




JAKARTA - Empat unit pesawat serang ringan bermesin turboprop EMB 314 / A-29 Super Tucano baru milik TNI AU, akhirnya tiba di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (01/09/2012).

Pesawat yang akan di tempatkan di Lanud Abdurahman Saleh, Malang Jawa Timur itu, dikemudikan oleh empat orang pilot dari pabrik Embraer Brazil, yang juga akan melatih pilot Indonesia, yakni Kapten Carlos Alberto, Kapten Almir Suman, Kapten Karlos Moreira, Kapten Marco Antonio, Kapten Airon, Kapten Eduardo Torres, Kapten William Souza dan Kapten Carlos Eduardo.

Dari pabriknya di Gaveao Pieixoto San Jose dos Campos, Brazil, pesawat tersebut menempuh 54 hari penerbangan untuk tiba di Indonesia, antara lain melewati Noronha Island, Brazil, Sal Island Cape Verde, Gran Canaria Island, Spanyol, Nador, Marko, Palermo, Italia, Athena, Yunani, Luxor, Mesir, Doha, Qatar, Muscat, Oman, Ahmedabad, India, Kalkuta, India, Rayong, Thailand, Meda dan Jakarta. Rencananya esok, Minggu (02/09/2012), pesawat tersebut akan diberangkatkan ke Malang.

Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau), Marsdya Dede Rusamsi kepada wartawan mengatakan pesawat tersebut memiliki kemampuan serang antigerilya, pendukung tugas udara jarak dekat, penghadang dan menghancurkan pesawat biasa.

Pesawat tersebut bermesin 1600 tenaga kuda dan mampu membawa senjata seberat 1550 kilogram. Kecepatan maksimalnya bisa mencapai 560 kilometer perjam dan dilengkapi dua senapan mesin. Pada sayap, pesawat mampu membawa bom, peluncur roket, rudal guding bom, rudal air to air, side winder, serta memilki alat jejak malam.

Moncong pesawat tersebut menurut Wakasau sengaja didesign bermoncong Hiu, untuk menghormati pendahulunya di Lanud Abdurahman Saleh, yakni pesawat perang dunia ke II, Mustang P-51

"Pesawat ini yang kita tunggu sejak lama," katanya.