Hawk 209 dalam berbagai varian warna
Sebuah gambar kepala Panther hitam menempel garang di badan pesawat tempur Hawk 200.Mulutnya mengaum garang,berlatar belakang sebuah gambar kilat yang menyala tajam.
Warna
abu-abu langit,juga semakin membuat kepala Panther ini hidup,dan siap
menerjang. Angka 12 tersebut merupakan penanda burung besi mematikan buatan
Inggris tersebut berangkat dari Skuadron Udara 12, Pangkalan Udara (Lanud) TNI
AU Pekanbaru.Hampir di ujung moncong pesawat juga tertulis angka 09. Nomor ini
merupakan tanda nomor pesawat di skuadron tersebut.
Burung
besi ini nampak mengkilat,dengan motif loreng perpaduan abu-abu muda dan
abu-abu tua.Tampangnya garang.Siap menerjang angkasa. Menembus langit biru
nusantara.Menggeliat cerdik di antara awan-awan putih, menghunus pusaka
menerjang setiap lawan yang mengancam. Warna loreng abu-abu ini baru saja
selesai digarap oleh para putra terbaik TNI AU yang tergabung di dalam Satuan
Pemeliharaan (Sathar) 32,Depo Pemeliharaan 30, Lanud TNI AU Abdulrachman
Saleh,Malang.
Bukan
ahli dari Inggris, atau Amerika Serikat,yang membuat burung besi menjadi
garang,segarang Panther. Putra-putra terbaik bangsa,yang bernaung di Sathar
32,mampu mandiri membuat Panther Skuadron Udara 12 mengaum di langit nusantara.
Hanya berjarak beberapa langkah di depan Panther Skuadron Udara 12,tampak logo
kepala Jonga atau Kijang, mulai sumringah.Jonga yang terpampang di badang Hawk
200 milik Skuadron Udara 1 Pontianak tersebut,juga akan menjalani masa-masa
pergantian warna di Sathar 32.
Saat
ini,Jonga lambang kelincahan, kecerdikan,dan kecepatan ini,masih menggunakan
warna lama.Loreng hijau tua,dipadu hijau muda,dan cokelat,masih menempel
lekat.Sebentar lagi,tangan tangan terampil putra-putra terbaik yang tergabung
di Sathar 32,akan memanjakannya dengan warna baru,loreng abu-abu.“Warna loreng
abuabu, menjadi warna kamuflase resmi para pesawat tempur TNI AU,”ujar Pembantu
Letnan Dua (Pelda) Lagiono. Prajurit TNI AU,yang sudah mengabdikan diri sejak
tahun 1986 tersebut,menjadi salah satu bintara senior di Sathar
32.Perannya,khusus dalam hal menangani pengecatan pesawat TNI AU.Banyak pesawat
tempur sudah ditanganinya, termasuk pesawat tempur F-16.
Dari tangan telaten para prajurit tersebut,saat ini sudah ada delapan unit pesawat tempur jenis Hawk yang sudah berganti kamuflase loreng abu-abu.Lagiono menyebutkan, pesawat jenis Hawk yang sudah selesai dicat dan diperbaiki, ada di Skuadron Udara 1 sebanyak lima unit,dan di Skuadron Udara 12 sebanyak tiga unit.“Pengerjaannya dilakukan di Malang.Ada juga yang kami kerjakan di skuadronnya masing-masing,” ujarnya begitu ramah. Butuh sedikitnya 7-8 galon cat,atau sekitar 28-32 liter cat untuk mengecat satu unit pesawat. Pengerjaannya dilakukan selama 1-2 minggu.
Prosesnya
dimulai dari pembersihan cat lama,perbaikan,kemudian pengecatan dengan cat
baru. Kualitas hasil pengecatan, tidak bisa diremehkan.Karya anak negeri
ini,sudah terbukti memiliki kualitas tinggi. Salah satu buktinya,pengecatan
yang dilakukan terhadap pesawat tempur taktis F- 16,sudah berusia 10
tahun,namun belum menunjukkan kerusakan.“ Kualitas kami utamakan. Selain
itu,kerja seni juga menjadi bagian dari pencetan pesawat ini.Hingga membuat
pesawat tampil garang, menawan,dan memiliki kualitas bagus,”ujar Lagiono.
Bukan
sekadar kamuflase warna di badannya saja yang diganti dan dibersihkan.Kemampuan
avionik,dan listrik instrumen pesawat,juga turut dibenahi dan dijaga di Sathar
32.Alhasil,pesawat temput taktis ini tidak hanya garang di luar,namun
kegarangan mesinnya layak diacungi jempol. Kepala unit avionik dan listrik
instrumen (Aviolinst) Sathar 32,Letnan Satu (Lettu) Elektronik (Lek),Andhi
Setyo menyatakan,setiap pesawat tempur yang masuk perawatan di Sathar 32,akan dicek
kondisi keseluruhannya.
“Satu
incipun tidak boleh luput dari pengecekan, karena kondisi pesawat yang prima
akan sangat mendukung kegiatan operasi yang dijalankan,”tegasnya. Secara
keseluruhan,ada tiga tahap yang harus dilaksanakan dalam pengecatan dan
perbaikan pesawat tempur ini. Tahapan itu,menurut kontrol kualitas Sathar
32,Pembantu Letnan Satu (Peltu),Haryanto, antara lain tahap predock; in dock;
dan post dock. Tahap pre dockmeliputi penerimaan pesawat dari skuadron yang
mengoperasionalkan. Kemudian dilanjutkan dengan tes seluruh sistem pesawat,
termasuk uji fungsi dan performance engine pesawat.
Tahap in dock,berupa pembongkaran, pemeriksaan,perbaikan, dan pengetesan.“Dalam tahap terakhir,atau post dock,akan dilakukan penimbangan, pengecekan terakhir, dan tes terbang,”terangnya. Pengalaman dan prestasi pengecatan pesawat,serta perbaikannya ini,sudah berjalan sangat lama.Menurut Komandan Depo Pemeliharaan 30 Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh Malang,Kolonel Dento Priyono,pada tahun 2012 ini,jadwal pengecatan sangat padat. Setelah menyelesaikan pengecatan sebanyak enam pesawat F 16,dilanjutkan pengecatan delapan unit Hawk 100,dan Hawk 200.
“Selain
itu,masih menyelesaikan pengecatan pesawat angkut Cassa A 2103,dan Cassa A
2017,”ujarnya. Setiap pengecatan,dan perbaikan pesawat ini,dilaksanakan oleh
tim kecil yang beranggotakan 8-10 orang personel.Mereka terdiri dari satu orang
perwira,anggota, dan kontrol kualitas.Depo Pemeliharan sendiri,membawahi tiga
satuan yakni Sathar 31; Sathar 32; dan Sathar 33. Sebuah kebanggaan tersendiri
bagi bangsa ini.Setiap personel Sathar,memiliki ketelitian, kemampuan,dan jiwa
seni untuk memperbaiki pesawat tempur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar